PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN RAMAH LINGKUNGAN DI UI KAMPUS DEPOK

     Dalam rangka mendukung kebijakan energi nasional Indonesia berupa peningkatan porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) dari 5% (2014) menjadi 23% (2015), Universitas Indonesia melalui Badan Pengembangan Universitas dan Pengelolaan Logistik (BPUPL) dan Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Fasilitas (DPPF) mengembangkan inisiatif program energi baru terbarukan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), yang mana keberadaannya selain bermanfaat langsung dalam menghasilkan sumber energi non fosil juga dapat digunakan sebagai laboraturium bagi peneliti di Universitas Indonesia.

     PLTS yang dikembangkan memanfaatkan atap pada bangunan Integrated Faculty Club (IFC) yang sebelumnya berupa tanah dengan rumput diganti dengan Photovoltaik (panel surya).

Gambar A. Sistem On-Grid Panel Surya

Gambar A. Sistem On-Grid Panel Surya

     Secara singkat dapat dijelaskan bahwa teknologi PLTS yang dipasang pada Gedung IFC menggunakan system On-Grid tanpa menggunakan bateray. System On Grid panel surya ini menggunakan Photovoltaik (panel surya) sebagai media yang dapat mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Dengan menggunakan system On Grid ini, PLTS dapat terkoneksi langsung dengan sistem yang ada dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), sehingga energi listrik yang dihasilkan dapat digunakan secara langsung ke beban dengan menggunakan jaringan yang sudah ada, bahkan diproyeksikan kelebihan energi listrik yang dihasilkan dapat dialirkan ke jaringan PLN dengan kWh Export – Import.

     Implementasi pemasangan PLTS dilakukan di kawasan Olahraga terpadu di Kampus UI Depok, tepatnya pada atap (roof) salah satu gedung yang sebelumnya menggunakan tanah dan rumput untuk penutup atapnya. Pekerjaan sudah dilakukan pada tahun 2015, dan selesai dikerjaan pada bulan Desember 2015 serta sudah berfungsi dengan baik.

Gambar B. Peta Lokasi PLTS di UI Kampus Depok

Gambar B. Peta Lokasi PLTS di UI Kampus Depok

     Total kapasitas yang dihasilkan dari panel surya yang terpasang mencapai 26 kWp. Proses pembangkitan listrik dmulai pada pukul 08.00 WIB dan akan terus naik kapasitasnya sampai mencapai puncak pada pukul 14.00 WIB. Setelah itu kapasitas akan menurun seiring dengan mulai menurunnya kualitas sinar matahari dan berhenti pada 18.00 WIB.

Pada dasarnya energi listrik yang dihasilkan oleh PLTS berupa arus DC, untuk dapat digunakan secara langsung maka dipasang inverter untuk merubah menjadi energi listrik dengan arus listrik AC. Dengan adanya inverter tersebut, maka akan terjadi rugi-rugi eletrik, sehingga kapasitas yang dihasilkan dari PLTS maksimal yang dapat dimanfaatkan sekitar 80 – 90% dari kapasitas terpasang.

Gambar C. Implementasi PLTS di Rooftop Gedung IFC

Gambar C. Implementasi PLTS di Rooftop Gedung IFC

Gambar D. Inverter untuk PLTS di Gedung IFC

Gambar D. Inverter untuk PLTS di Gedung IFC

Gambar E. Integrated Faculty Club (IFC) UI

Gambar E. Integrated Faculty Club (IFC) UI

     Menurut perhitungan, bila diasumsikan dalam sehari mendapatkan 5 jam kualitas sinar matahari yang baik (kondisi cuaca cerah), maka dalam sehari diperoleh energi listrik sebagai berikut :

Produk listrik : 26kWp x 80 % x 5 jam = 104kWh perhari

Sebulan           : 104 kWh x 30 hari = 3.120 kWh perbulan

Dari aspek Lingkungan, implementasi PLTS ini sejalan dengan program pemerintah dalam mengurangi emisi di Indonesia sebesar 30% pada tahun 2030. Berdasarkan data statistik Kementerian ESDM tahun 2000 faktor emisi CO2 yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar fosil sebesar 0,719 Kg/kWh.

Sehingga dengan adanya PLTS ini dapat menurunkanemisi CO2 sebesar : 3.120 kWh x 0,719 Kg = 2.243 Kg CO2 atau setara 2,2 Ton CO2 perbulan.